Kolom
merupakan komponen yang memiliki peran penting dalam suatu bangunan. Keruntuhan
pada kolom merupakan lokasi paling kritis yang dapat menyebabkan keruntuhan
pada bangunan. Fungsi kolom adalah penerus bebean seluruh bangunan ke pondasi. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan
berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup , serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Struktur
dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural
lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya.


A.
Prinsip
Kerja Kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai
perbandingan antara panjang dan dimensi penampang melintangnya relatif kecil
disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-beban kolom pendek tidak tergantung pada
panjang kolom dan bila mengalami beban berlebihan, maka kolom pendek pada
umumnya akan gagal karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas
pikul-beban batas tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin
panjang suatu elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga
mencapai keadaan yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat
berbeda dengan elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap
beban tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan
bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada saat beban
mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil dan berubah
bentuk.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk
(buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal ini adalah kolom) telah
menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk menerima
beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan menyebabkan elemen struktur
tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur
kolom itu adalah besar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk
awal. Struktur yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi.
Fenomena tekuk adalah suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh
ketidakstabilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh aksi beban.
Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai
material. Pada saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah.
Fenomena tekuk berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang
mempunyai kekakukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang
mempunyai kekakuan besar. Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil
kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk
(Pcr) pada suatu elemen struktur tekan panjang. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
·
Panjang
Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom
berbanding terbalik dengan kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain
yang menentukan besar beban tekuk adalah yang berhubungan dengan karakteristik
kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan ukuran penampang).
·
Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi
oleh banyaknya material dan distribusinya. Pada elemen struktur persegi
panjang, elemen struktur akan selalu menekuk pada arah seperti yang
diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun bentuk berpenampang simetris
(misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak mempunyai arah tekuk khusus
seperti penampang segiempat. Ukuran distribusi material (bentuk dan ukuran
penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat dinyatakan dengan momen inersia
(I).
·
Kondisi
Ujung Elemen
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi,
kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan
kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung menambah kekakuan
sehingga juga meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk. Mengekang
(menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan.
Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas
pikul-beban elemen tekan. Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek
ditentukan oleh hancurnya material, bukan tekuk.
2.
Balok
Balok
juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian
struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal bangunan akan beban-beban. Balok juga memiliki beberapa jenis
yaitu :
·
Balok
seerhana, balok yang bertumpu pada kolom ujung-ujungnya, dengan satu ujung
bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainya
nilai dari semua reaksi pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak
tergantung bentuk penampang material.
·
Balok
Kantilever, balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung dengan
hanya satu ujung tetap.
·
Balok
Teritisan, balok sederhanya yang memanjang yang melewati kolom tumpuannya.
·
Balok
Bentang Tersuspensi, balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua
bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
·
Balok
Kontinu, balok yang memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil
dari serangkaian balok tidak menerus dengan beban yang sama.
Balok terbagi beberapa macam yaitu:
a)
Balok
Kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat
ditopang oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban.
b)
Balok
Baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok
dapat ditopang oleh balok induk ( girder ), kolom, atau dinding penopang beban.
c)
Balok
Beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut
bentangan dan bentuk cetakannya.


3.
Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak
di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung
oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai di tentukan oleh :
·
Besar
lendutan yang diijinkan.
·
Lebar
bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
·
Bahan
konstruksi dan plat lantai.
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat
dibedakan menjadi empat, yaitu :
a)
Plat
Kaku
Pelat
kaku merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural rigidity),
dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam (lentur
dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok. Pelat
yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan
lain.
b)
Membran
Membran
merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral dengan
gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat
didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat
tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
c)
Plat
Fleksibel
Pelat
flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul beban luar
dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser
terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang
angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d)
Plat
Tebal
Pelat
tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi kontinu
tiga dimensi.
4.
Dinding Geser
Dinding
Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang langsing
vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya.
Dan biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban
lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
Usaha
untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur dinding geser,
diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi. Dengan pemberian
profil sebagai tambahan untuk pengaku dalam menahan gaya lateral. Dinding geser
dengan penambahan profil memberikan hasil kapasitas yang jauh lebih besar
dibandingkan penampang dinding geser biasa dengan selisih beda 100% yang bisa
dilihat pada diagram interaksi momen (Mn) dan beban axial(Pn). Perbedaan
tersebut didapat dengan menarik garis linear pada diagram tersebut.
Dengan
adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan
terserap oleh dinding geser tersebut. Perencanaan geser pada dinding structural
untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi
akibat beban gempa. Namun, dalam prakteknya masih terdapat keraguan akan
keandalan hasil desain dinding geser berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebab
kan masih disyaratkannya konsep desain kapasitas untuk perencanaan dinding
geser dalam berbagai proyek gedung tinggi di Indonesia. Menurut konsep desain
kapasitas, kuat geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum yang paling
mungkin terjadi di dasar dinding.
Dalam
prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka pemikul momen
pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah
dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Dinding geser beton
bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi
utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana.
Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan
akibat gaya geser), melalui pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.
5.
Atap
Atap
adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan
penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan
atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi
yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah
satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang
rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup. Penopang
rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk segitiga,disebut
dengan istilah kuda-kuda.
Fungsi dari atap adalah :
·
Mencegah
pengaruh dari hembusan angin.
·
Penaruh
beban sendiri.
·
Curah
hujan.
·
Melindungi
ruang bawah, manusia serta elemen yang ada dibawahnya dari pengaruh cuaca.
·
Sinar
cahaya matahari.
·
Sinar
panas matahari.
·
Petir
dan bunga api penerbangan.
1.
Kuda-kuda
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen
rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya
sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda
merupakan penyangga utama pada struktur atap. Umumnya kuda-kuda terbuat dari :
·
Kuda-kuda
Kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan
bentang sekitar 12 m.
·
Kuda-kuda
Bambu
Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai
dengan 10 m.
·
Kuda-kuda
Baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame
work atau lengkung dapar mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan
bentang 75 m, seperti pada hanggar pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik,
dan lain-lain.
·
Kuda-kuda
dari Beton Bertulang
Dapat digunakan pada atap dengan bentang
sekitar 10 hingga 12 m.
Pada
dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya.
Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horizontal
maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda
diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap
tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup
atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang
pada saat memasang/memperbaiki atap).
Struktur Bawah Bangunan
1.
Pondasi
Pengertian
umum pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang terhubung langsung
dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bwah permukaan tanah yang
berfungsi memikul beban bangunan yang ada diatas nya. Pondasi harus di
perhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban bangunan
itu sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar seperti tekanan angin gempa
bumi, dan lain-lain. Di samping itu, tidak boleh adanya penurunan level
melebihi batas yang di izinkan.
Agar
kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban
bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebih. Pondasi merupakan struktur
dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya adalah menopang bangunan
yang ada diatasnya.maka proses pembangunan nya harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
·
Cukup
kuat menahan muatan geser akibata muatan tegak kebawah.
·
Dapat
menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.
·
Tahan
terhadap perubahan cuaca.
·
Tahan
terhadap pengaruh bahan kimia.
Suatu
sistim harus menjamin dan mampu mendukung bangunan yang ada diatasnya. Untuk
itu pondasi harus kuat, stabil, dan aman agar tidak mengalami penurunan, tidak
mengalami patah karena akan sulit untuk memperbaiki sistem pondasi. Pembuatan
pondasi harus berdasarkan beberapa hal berikut :
·
Berat
bangunan yang akan di pikul oleh pondasi.
·
Jenis
tanah dan dan daya dukung tanah.
·
Bahan
pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempet.
·
Alat
dan tenaga kerja yang tersedia.
·
Lokasi
dan lingkungan pekerjaan.
·
Waktu
dan biaya pekerjaan.
Hal
yang penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation,
atau penyelidikan tanah. Pondasi harus di letakkan pada tanah yang keras dan
padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah yang keras dan tgangan tanah/daya
dukung tanah, maka perlu diadakannya penyelidikan tanah, yaitu dengan cara :
·
Pengeboran
(Driling), dari lubang hasil pengeboran akan di ketahui contoh-contoh tanah
yang kemudian dikirim ke laboratorium mekanika tanah.
·
Percobaan
Penetrasi (Penetration Test), dengan cara menggunakan alat yang disebut Sondir
Statik Penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk ke dalam tanah,
dan secaa otomatis akan dibaca hasil sondir tegangan tanah.


2.
Galian Tanah
Galian
tanah dan galian-galian lainya harus dilakukan menurut ukuran dalam, lebar, dan
sesuai dengan peil-peil yang tercamtum pada gambar. Semua bekas-bekas pondasi
lama, dan akar pohon yang terdapat pada bagian pondasi yang dilaksanakan harus
dibongkar dan dibersihkan dan dibuang. Bekas pipa yang tidak terpakai harus
disumbat.Apabila lokasi yang akan dijadikan bangunan pipa air, pipa gas, pipa
pembuangan, kabel listrik, kabel telepon dan sebagainya maka secepatnya
diberitahukan kepada konsultan managenen konstruksi atau instansi yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya.
Pelaksanaan
pekerja/kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan sebagai akibat
dari pekerjaan galian tersebut. Apabila penggalian tersebut melebihi kedalaman
yang telah di tentukan maka kontraktor harus mengisi/mengurangi daerah tersebut
dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah di tentukan yang
sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pekerjaan
galian pondasi harus menjada agar lubang galian tersebut bebas dai longsoran
tanah di kiri dan kanan nya, sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan
baik dan sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan.
Pengisian
kembali dengan tanah bekas galian di lakukan selapis demi selapis sambil
disiram air secukupnya dan di tumbuk sampai padat. Pekerjaan pengesian kembali
ini hanya boleh di lakukan setelah dilakukan pemeriksaan dan mendapat
persetujuan konsultan manajemen konstruksi, baik mengenai kedalaman,
lapisantanahnya maupun jenis tanah galian tersebut.
3.
Struktur
Basement
Konstruksi basement sering merupakan
solusi yang ekonomis guna mengatasi keterbatasan lahan dalam pembangunan gedung.
Tapi sebagai struktur bawah tanah, desain maupun pelaksanaan konstruksi
basement perlu dilakukan dengan memperhitungkan banyak hal. Disamping aspek
teknis dari basement itu sendiri, tidak kalah pentingnya adalah aspek
lingkungannya. Mutu pekerjaan pada konstruksi basement akan sangat mempengaruhi
umur dari basement tersebut.
Pengendalian
terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk mencapai produk konstruksi mutu
tinggi dan dapat diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan dengan galian Basement
yang perlu diperhatikan adalah beban dan metode galian. Beban tersebut biasanya
berupa beban terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban terbagi rata
memanjang. Sedangkan metode galian dimana dibagi menjadi: open cut, cantilever,
angker, dan strut.
Pemilihan
metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan konsdisi di lapangan.
Pada metode galian basement ada beberapa factor yang perlu diperhatikan antara
lain: jenis tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang
bekerja, waktu pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa
masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement, seperti
penurunan permukaan tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan kerusakan
structural pada bangunan dekat galian, fan retaknya saluran dan sarana yang
lain. Salah satu penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah disekitar
galian akibat pemompaan selama konstruksi. Untuk mencegah masalah yang timbul
maka metode pemilihan dewatering sangan menentukan.
.jpg)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar